Langsung ke konten utama

MARI KITA FAHAMI MUSYRIK MENURUT "FIRMAN ALLOH"  

Bandung, 28 Januari 2022
Sumber : Summy Gaza2
"MUSYRIK"
Published from Blogger Prime Android App
APAKAH MUSYRIK ITU?

"Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 31-32)

SAUDARAKU ...
Pada renungan ini, saya ingin mengajak untuk membicarakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan ini, namun seringkali tidak disadari atau dihiraukan oleh manusia. Padahal jika persoalan ini mampu difahami dengan benar esensi dan prakteknya, maka sesungguhnya kehidupan umat manusia saat ini akan damai dan sejahtera, baik secara moral spiritual maupun fisik materiil. Apakah persoalan yang sangat penting dan dasar tersebut? Persoalan tentang KEMUSYRIKAN. Apa sesungguhnya musyrik itu?
Dalam tradisi dan doktrin agamis, kata "musyrik" itu dimaknai dengan menduakan atau mempersekutukan Allah. Bentuk kemusyrikan itu seperti : menyembah atau menuahkan sesuatu  (misalnya : pohon besar, patung, batu, kuburan, keris, dan semacamnya), meminta pertolongan kepada dukun (orang pintar), mempercayai kurafat, dan semacam-nya. Inilah bentuk-bentuk kemusyrikan yang diajarkan dalam tradisi dan doktrin agamis.
Jika kita ingin merenungi semua aktivitas kemusyrikan yang disebutkan di atas, sesungguhnya aktivitas-aktivitas tersebut hanya akan dilakukan oleh orang-orang bodoh, penakut, dan tidak memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi kehidupan ini. Aktivitas-aktivitas tersebut sesungguhnya tidak ada kaitannya secara langsung kepada Allah yang hak untuk diabdi, yakni ditaati segala kehendak dan perintah-Nya. Tanpa menggunakan dasar wahyu (firman Allah) pun, aktivitas-aktivitas tersebut adalah sesuatu yang tidak diterima oleh akal sehat. Sehingga seluruh aktivitas yang dikategorikan perbuatan syirik di atas dalam tradisi dan doktrin agamis adalah kebodohan sosial spiritual belaka yang tidak membuat Allah cemburu dan marah, atau masih berupa kemusyikan kecil semata. Sedangkan kemusyrikan yang sesungguhnya akan membuat Dia cemburu dan marah besar, karena kemusyrikan itu adalah kezaliman yang amat besar. Wajar jika Allah mengingatkan secara tegas mengenahi kemusyrikan ini. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa ayat Qur'an, di antaranya : surat Al-An'am (6) ayat 88, An-Nisa (4) ayat 36, Al-Maidah (5) ayat 72, Al-An'am (6) ayat 151, Luqman (31) ayat 13, An-Nisa (4) ayat 48 dan 116.
Dari beberapa ayat di atas semakin meyakinkan kita bahwa : Dia amat benci kepada hamba-hamba-Nya yang berlaku SYIRIK (MUSYRIK). Lalu apa sesungguhnya wujud dari kemusyikan itu?
Secara bahasa, "musyrik" berarti orang yang mensyarikati, mempersekutukan, menandingi, atau menduakan Allah. Dengan demikian, orang tersebut meyakini atau menempatkan sesuatu atau seseorang sebagai sekutu atau tandingan Allah. Bagaimana mungkin Allah Yang Maha Segalanya dapat ditandingi oleh selain Dia? Untuk menjawabnya, kita harus mengkaji ulang kedudukan Allah bagi alam semesta termasuk bagi manusia. Surat Al-Fatihah (1) sebagai Pembuka Al-Qur'an dan surat An-Nas (114) sebagai Penutup Al-Qur'an, menjelaskan hal tersebut. Setidaknya Allah menjelaskan kedudukan diri-Nya dalam tiga (3) fungsi ~ yg juga terkait dgn Trilogi Din Al-Islam ~ sbb  : 
Pertama (1) : Kedudukan Allah sebagai Rabb; baik bg alam semesta maupun bg ummat manusia. Yg dimaksud Allah sbg Rabb adalah Dia sbg Sang Pencipta, Pengatur, dan Pendidik alam semesta dan ummat manusia dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Sbg Rabb, Allah tdk pernah berhenti menjalankan tugas-Nya dlm mencipta, mengatur, dan mendidik alam semesta termasuk ummat manusia di dlmnya. Dia mencipta dan mengatur semua ciptaan-Nya menurut sistem hidup dan kehidupan yg telah diundangkan-Nya. Sebelum Allah mencipta alam semesta dan ummat manusia, Dia terlebih dahulu mencipta sistem hukum (Din)-Nya, sehingga tatkala alam semesta telah dicipta, mereka tunduk patuh (berserah diri/ aslama) kpd sistem yg telah diundangkan oleh-Nya kpd masing:masing ciptaan (makhluk)-Nya, tdk terkecuali manusia. Inilah fitrah penciptaan bg setiap makhluk di alam semesta. Perhatikan Qs. 6/164 :
 Allah SWT berfirman:

قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْ رَبًّا وَّهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ   ۗ  وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَـفْسٍ اِلَّا عَلَيْهَا ۚ  وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى  ۚ  ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْـتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Apakah (patut) aku mencari Rabb selain Allah, padahal Dialah Rabb bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seseorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kpd dirinya sendiri; dan seseorang yg berdosa tdk akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Rabbmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS. Al-An'am 6: Ayat 164).
Berbeda dgn makhluk lainnya di alam ini, manusia dgn akal pikirannya diberi kebebasan oleh Allah dlm menentukan sikap pengabdiannya, apakah mereka akan menjadi hamba yg iman (mu'min) dan patuh (muslim) atau menjadi hamba yg kafir zalim (musyrik). Tentu saja setiap pilihan sikap tsb memiliki proses dan konsekuensi tersendiri. 
Berbicara kedudukan Allah sbg Rabb, maka berbicara ttg "rububiyah" atau aturan/ hukum Allah. Satu unsur utama dari Din (sistem) Allah ttg hidup dan kehidupan adalah Hukum atau Undang-Undang Allah, baik yg tdk tertulis (hukum-hukum pd alam) maupun yg tertulis (hukum-hukum pd Al-Kitab). Kumpulan hukum-hukum Allah yg tertulis dlm Al-Kitab (Taurat, Injil, dan Al-Qur'an) adalah hukum yg hrs ditegakkan dan dilaksanakan dlm kehidupan ummat manusia. Hukum Allah harus menjadi hukum positif. Lalu apa hubungannya dgn kemusyrikan?
Ketika ummat manusia atau suatu negara bangsa tdk menjadikan hukum Allah sbg undang-undang atau hukum positif, dan mengambil hukum negara-negara bangsa penjajah/ penguasa yg merupakan produk dari pemikiran dan syahwat manusia sbg undang-undang atau hukum positif, maka sesungguhnya mereka atau bangsa itu adalah manusia atau bangsa yg musyrik. Mereka telah melakukan perbuatan syirik "rububiyah". Mereka telah meyakini, menempatkan, dan menjalankan hukum penguasa bangsa (thaghut) di samping hukum Allah yg fitrah dan yg haq utk ditegakkan. Ingat, kebenaran sejati hanya berasal dari Allah, sehingga hukum di luar hukum-Nya, adalah bathil. Oleh karenanya, siapapun yg memutuskan suatu perkara bukan menurut hukum Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yg kafir, zolim, dan fasiq. Baca dan perhatikan serta fahami Qs. 5 ayat 44, 45, dan 47.
Hukum atau Undang-Undang Allah bersifat universal dan tdk pernah berubah. Hukum Allah berlaku bagi segenap ummat manusia tanpa melihat tempat dan waktu. Hukum Allah adalah sesuatu yg fitrah bagi kehidupan ummat manusia tanpa melihat suku, bangsa, warna kulit, dan bahasa. Sangat berbeda dgn hukum negara-negara bangsa atau hukum hasil konsesus manusia yg sarat dgn kepentingan pribadi, kelompok, golongan, atau penguasa/ penjajah. 
Hukum buatan manusia bersifat parsial, sesaat, dan berpihak kpd mereka yg berkuasa dan banyak uang. Hukum atau Undang-Undang dari suatu negara bangsa hanya utk kepentingan pribadi bangsanya atau sekelompok/ segolongan dari bangsa tsb. Hukum bangsa-bangsa kafir-musyrik tdk akan mampu memberi keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan sejati bagi seluruh rakyatnya.
Alhasil, masing-masing bangsa atau negara merasa bangga dgn bangsa atau negaranya masing-masing; tiap-tiap partai dari suatu negara merasa bangga dgn partainya; tiap-tiap golongan atau kelompok pun merasa bangga dgn golongan atau kelompoknya; bahkan, tiap-tiap agama atau mazhab juga merasa bangga dgn agama dan mazhabnya masing-masing. Kehidupan dunia model seperti inilah yg merupakan buah dari ideologi musyrik; ideologi yg memuja pluralisme; kehidupan yg anti-tauhid. Inilah bentuk kehidupan musyrik yg penuh dgn kekufuran, kezaliman, dan kefasiqan. Kalaupun ada dari mereka yg ingin menggunakan hukum Allah, mereka hanya mengambil sebagian dan menafikan sebagian lainnya. 
Model kehidupan berbangsa dan bernegara (salah satu unsur dasarnya adalah undang-undang) yg dibangun oleh sistem pluralis yg berpartai-partai atau bergolongan-golongan saat ini sesungguhnya adalah bentuk dari "kemusyrikan". Silahkan renungkan kembali firman Allah ttg bentuk kemusyrikan di atas dlm Surat 30 ayat 30-32.
Sekarang, lihat di sekeliling kita! Jika kita hidup dlm lingkungan yg demikian, berarti kita sdg hidup dlm kemusyrikan. Jika kita meyakini dan menjalani model kehidupan spt di atas, berarti kita sdg berbuat syirik atau menjadi seorang musyrik. Inilah pandangan Al-Qur'an ttg kemusyrikan, suatu dosa (kesalahan) yg tdk dpt diampuni oleh Allah jika kita mati dlm kemusyrikan. Selain itu, semua pengabdian atau amal ibadah yg diperbuatnya tdk akan bernilai di sisi Allah. Di pandangan Dia, orang-orang yg musyrik adalah orang-orang yg tdk suci alias najis, sehingga ibadahnya tdk akan pernah diterima oleh-Nya. Perhatikan dan fahami Qs. 9/ 28.
Sekali lagi, orang-orang musyrik itu najis dihadapan Allah. Najis yg dimaksud bukanlah najis secara fisik yg sering dibahas dlm mazhab fiqih, melainkan najis secara spiritual (aqidah). Mereka memiliki kesadaran dan keyakinan (ideologi) syirik (bathil) yg dijadikan landasan dlm berbangsa dan bernegara, khususnya dlm menjalankan hukum dan undang-undang (musyrik rububiyah).
Kedua (2), kedudukan Allah sebagai Malik (Raja atau Penguasa). Dia adalah Raja alam semesta, Raja hari kemudian (maliki yaum ad-din), dan Raja ummat manusia (malik an-nas).
Allah adalah Rabb al-'alamin (Rabb alam semesta), sehingga Dia pun menjadi Raja alam semesta. Kerajaan-Nya meliputi langit dan bumi beserta segala makhluk yg ada di antara keduanya. Itulah wilayah kekuasaan Allah, termasuk bumi tempat manusia berdiam dan beraktivitas. Sangatlah logis jika seluruh makhluk yg ada di dlm Kerajaan Allah tunduk patuh (aslama) kpd Kekuasaan, Hukum, dan Undang-Undang Allah. Dia-lah Sang Pemilik tunggal yg sejati dari seluruh kekayaan yg ada di alam semesta. Dia tidak memiliki sekutu dlm menguasai Kerajaan-Nya. Perhatikan Qs. 17 ayat 111.
Allah SWT berfirman:

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا

"Dan katakanlah, Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 111). Perhatkan pula :
Allah SWT berfirman:

الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

"yang memiliki kerajaan langit dan Bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 2)
Tidak boleh ada satu pun makhluk yg menjadi pemilik atau raja dari makhluk lainnya. Semua makhluk (termasuk manusia)harus tunduk kpd kekuasaan Sang Pemilik, Raja Langit dan Bumi. Ketika seluruh makhluk di alam semesta dan ummat manusia hidup sesuai dgn apa yg menjadi titah dan kehendak-Nya, maka kehidupan alam semesta dan alam sosial manusia akan dipenuhi keberkahan, yakni kehidupan yg harmonis, adil, damai, dan sejahtera. Itulah kehidupan jannah; kehidupan surgawi yg diidamkan oleh semua manusia berakal dan beriman. Langit dan bumi beserta isinya akan menjadi sumber berkat bagi kehidupan ummat manusia. Perhatikan Qs. 7 ayat 96 :
Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ  مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا  كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Kehidupan jannah penuh berkat tersebut akan berubah menjadi kehidupan neraka yg penuh dgn kutuk (ghadhab) Allah manakala manusia tdk lagi  beriman atau berlaku syirik kpd kekuasaan-Nya.
Dalam sistem (Din) Allah yg murni, unsur utama yg hrs ada utk dpt menegakkan Hukum dan Undang-Undang Allah adalah aparat penguasa (Khilafah) yg akan menjadi penegak Din Allah. Hukum dan Undang-Undang Allah (sistem rububiyah) tdk akan dpt ditegakkan dlm kehidupan manusia manakala tdk ada penguasa atau pemerintah (penegak hukum). Hukum dan Undang-undang yg ditegakkan adalah dari Allah, maka kekuasaan (Khilafah) yg akan menegakkan Rububiyah-Nya pun berasal dari Dia. Khilafah Allah (Kerajaan Allah) yg dipimpin oleh seorang Rasul ~ dan selanjutnya dipegang oleh seorang Khalifah Rasul (pengganti Rasul), adalah anugerah langsung dari Tu(h)an Semesta Alam, bukan pemberian dari penguasa bangsa-bangsa dunia.
Jadi, seorang Khalifah dlm Din Al-Islam hakikatnya adalah pengganti atau wakil Allah dlm menjalankan kekuasaan-Nya di muka bumi. Khalifah Allah bertugas utk mengatur sistem kehidupan ummat manusia agar tetap berjalan dgn harmonis, adil, damai, dan sejahtera, seperti pada kehidupan makhluk lainnya di alam semesta sbg bagian dari Kerajaan Allah. 
Sekali lagi, Rububiyah (hukum dan undang-undang) Allah tdk akan pernah tegak tanpa adanya "Mulkiyah" (kekuasaan; penguasa) Allah. Dengan demikian, adanya Khilafah dlm Din Al-Islam adalah sesuatu yg wajib (mutlak) adanya. Tanpa adanya Khalifah (pemimpin; penguasa) dari Kerajaan Allah di dunia, ummat manusia akan hidup dan tunduk pd kekuasaan tirani zalim (thaghut). Inilah yg disebut dgn musyrik "mulkiyah", syirik terbadap Kekuasaan (Kerajaan) Allah, khususnya dlm kehidupan manusia (berbangsa dan bernegara).
Para penguasa dari negara-negara bangsa (raja atau presiden) di muka bumi ini telah menjadi tandingan (andad) Allah dlm mengatur dan menguasai manusia. Di pihak lain, ummat manusia telah memilih dan menjadikan para raja dan presiden sbg pemegang kekuasan tertinggi atas negara bangsa masing-masing, sama seperti Fir'aun (Ramses II) di zaman Nabi Musa, inilah wujud dari kemusyrikan. Hukum dan undang-undang yg mereka buat didasari oleh ideologi yg syirik dan para pemimpin yg mereka pilih pun dari sistem kekuasaan (politik) yg syirik. Wajar jika keharmonisan, keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan sejati nan merata bagi semua lapisan rakyat dan alam sekitarnya tak kunjung nyata. Semua hanya menjadi impian dan janji-janji politik kosong dari para penguasa atau calon penguasa.
Ketiga (3), kedudukan Allah sebagai Al-Ma'bud atau Ilah bagi manusia (ilah an-nas). Dalam Surat Al-Fatihah (1) ayat 5 dikatakan, "Hanya kpd-Mu kami mengabdi dan hanya kpd-Mu kami meminta pertolongan.
Secara bahasa, kata "al-ma'bud" berarti Yang diabdi; Yang ditaati; Yang dipatuhi. Sedangkan kata "ilah" berarti Tu(h)an, yakni sesuatu yg dicintai; sesuatu yg dikagumi; atau sesuatu yg ditaati keinginanya. Sehingga, dalam bidup dan kehidupan ini ada banyak hal yg dpt menjadi ilah atau Tu(h)an bagi manusia di samping Allah, Tu(h)an YME, termasuk ber-ilah (ber-tuan) kpd hawa nafsu pribadinya. Lihat Qs. 25 ayat 43-44 :

Allah SWT berfirman:

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ    ۗ  اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا    

"Terangkanlah kpdku ttg orang yang menjadikan hawa nafsunya sbg tu(h)annya? Maka apakah engkau dapat menjadi pemelihara atasnya?"
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 43).
Allah SWT berfirman:

اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَ   ۗ  اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا

"Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 44). Perhatikan pula :

Allah SWT berfirman:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً   ۗ  فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ   ۗ  اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan akal pikirannya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 23).
"La ilaha illa Allah", Tu(h)an yg berhak utk ditaati segala kehendak dan perintah-Nya oleh manusia hanyalah kehendak dan perintah Allah, Tu(h)an Semesta Alam. Jika dlm kehidupan ini kita masih memiliki kecintaan yg melebihi kecintaan kita kpd Allah dan Rasul-Nya, kita memiliki keinginan selain keinginan yg diridai oleh-Nya, kita memiliki ketaatan selain kpd kekuasaan-Nya, berarti kita telah melakukan kemusyrikan, "musyrik uluhiyah".
Hubungan antara Allah dan manusia adalah hubungan "Yang diabdi" (Ilah atau Al-Ma'bud) dgn "yg mengabdi" (hamba atau budak). Sebagai hamba, sudah sepantasnya manusia menganut pengabdian tunggal, yakni hanya mengabdi (taat) kpd Sang Tu(h)an Yang Esa, Dia Yang mencipta, mengatur, dan menguasai alam semesta. Inilah fitrah hidup dari manusia yg telah menyadari hakikat dirinya sbg hamba. Dlm setiap misi dakwahnya, para Nabi dan Rasul Allah selalu mengajak dan mengingatkan manusia utk kembali kpd garis fitrahnya, yakni menjadi hamba yg menegakkan "tauhid uluhiyah". Perhatikan Qs. 21/25 :

Allah SWT berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْۤ اِلَيْهِ اَنَّهٗ  لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَاۡ فَاعْبُدُوْنِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau, melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tu(h)an (yang berhak diabdi) selain Aku maka abdilah Aku."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 25).
Sebelumnya sudah dijelaskan ttg dua unsur utama dari sistem Allah (Din Al-Islam) ~ yakni unsur rububiyah dan unsur mulkiyah, maka unsur ketiga yg hrs ada dlm menegakkan Din Al-Islam secara totalitas (kaffah) adalah unsur uluhiyah, yakni masyarakat, atau warga atau ummat yg siap tunduk patuh (taat) kpd Hukum dan Undang-Undang Allah yg dikawal oleh para penguasa (pemerintah). Dengan demikian, tiga unsur utama yg hrs ada dlm menegakan Din Al-Islam secara sempurna adalah : Hukum atau Undang-Undang Allah; Khalifah Allah (penguasa atau pemerintah); dan rakyat atau ummat yg akan mematuhi Hukum atau Undang-Undang Allah. Di samping 3 unsur tersebut, satu unsur pelengkap yg juga hrs ada adalah wilayah hukum atau wilayah kekuasaan dari Khilafah Allah tersebut (Darussalam atau Madinah).
Bagaimana, manusia hrs berfungsi sesuai dgn keinginan dari Sang Penciptanya. Ketika manusia berfungsi di luar yg diinginkan oleh Sang Pencipta, maka dia telah menjadi makhluk yg bathil atau musyrik, menjadi makhluk yg dikehendaki oleh keinginan ilah yg lain selain Allah. "Tauhid uluhiyah" menghendaki adanya ketaatan (pengabdian) tunggal hanya kepada-Nya. Inilah yg juga selalu diingatkan oleh para Nabi dan Rasul Allah. Hal ini dpt dilihat dalam : Qs. 2/133, 4/36, 7/59, 7/65, 7/73, 29/16, dan 39/11.
Sudah semakin jelas dan tegas apa dan bagaimana bentuk kemusyrikan yg sesungguhnya. Sesuatu yg teramat penting bagi kehidupan kita, tetapi sayangnya luput dari kesadaran kebanyakan manusia. Seandainya saat ini kita hidup di tengah-tengah kehidupan negara bangsa dan dunia yg musyrik, yg kafir kpd bukum Allah, lalu apa yg semestinya kita perbuat? Duduk, diam, dan pasrah thd kondisi yg ada atau melakukan teror dan makar  kpd penguasa? TIDAAAAK.
Dalam kondisi malam (zulumat) spt saat ini, hal yg mesti kita selamatkan dan luruskan terlebih dahulu adalah agidah (keimanan) kita.  Bagaimana pun, pondasi (dasar) dari bangunan Din Al-Islam adalah aqidah (iman) kpd-Nya. Tauhid rububiyah, Tauhid mulkiyah, dan Tauhid Uluhiyah hrs betul-betul suci dalam keimanan diri kita, minimal dlm kesadaran qolbu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

QOLBU AL-QUR'AN

Mari Kita Baca dan Menghayati maknanya Serta Fadhilah dari qolbu al-qur'an Bismillahir rahmaanir rahiim. 1. Maaliki yaumiddiin.Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iinu. 2. Shummun bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uuna. 3. Qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii yuhbibkumullahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallahu ghofuurur-rohiim. 4. Man yuthi-‘ir rasuula faqod athoo’allaha wa man tawalla famaa arsalnaaka ‘alaihim hafiidhoon. 5. A’lamuu annallaha syadiidul iqoobi wa annallaha ghofurur rohiim. 6. Laa tudrikuhul abshooru wahuwa yudrikul abshoroo wahuwal lathiiful khobiiru. 7. Qoolaa robbanaa dholamnaa anfusanaa wa inlam taghfirlanaa watarhamnaa lanakuu nanna minal khosiriina. 8. Falam taqtuluuhum walakinnallaha qotalahum wamaa romayta idz romayta walakinnallaha romaa, waliyubliyal mukminiina minhu balaa-an hasanaan, innallaha samii’un ‘aliim. 9. Qullan yushiibanaa illa maa kataballahu lanaa huwa maulanaa, wa ‘alallahi falyatawakkalil mukminuuna. 10. Wa in yamsaskallah

ISMUL ADHOM / ISMUDZAT

ISMUL ADHOM/ISMU DZAT Yaitu dzikir khofi yang di ajarkan oleh para guru Thoriqot K.H. Sirajd Cangkorah Batujajar K.H. Yayat Ruhiyat Ti Bapak Atang Almarhum, sepuhna Bapak Asep Dahyar, Sampora Indah Yaitu asma Alloh yang di pakai berdo’a dan suka di kabulkan,  ssma Alloh yang mana yang di sebut Ismul Adhom itu ? Jawabnya menurut beberapa ulama yaitu Lapad Alloh yang di sebut ISMULDZAT ysitu nama dzat yang agung. Yang di muat dalam Al-Quran sebanyak 2360 tempat. Etika Sebelum Mengamalkan dzikir Ismudzat; 1. Bismillahirrohmanirrohiim.                   1x 2. Hasbiyalohu ilahua Laillaha illa huwa, ‘alaihi tawwakaltu wahuwa robbil’arsyilvadhiim  11x 3. Waqafabilaha waliyya wakafa bilahi nasyiroo.       11x 4. Nasyurro minnalloha wapanuha qorib wabasyirril mu’minina.  11x 5. Latudriquhul absyoru wahuwa yudrikuhul absorro wahuwa latifullhobiiru.  11x 6. Alloh alloh.            4356 x.  Atau  5000  Atau 11000 x untuk dzikir latif Alhamdulilah.

Buku Kitab Miftahus Shudur, Abah Anom(KHA. SHOHIBULWAFA TAJULARIFIN)

FASAL 1 INTI NAFI DAN ISBAT Dzikir  Nafi  dan  Isbat  ,dengan lain perkataan kalimat dzikir yang tidak mengakui semua Tuhan Tuhan dan menetapkan kepada ALLOH yg satu tunggal, adalah dzikir yang paling besar manfaatnya dan paling sangat berbekas bagi manusia ,yaitu kalimat : LAA ILAAHA ILALLOH , artinya tiada Tuhan selain Alloh. Tuhan berkata dalam firmanNYA : ”  Ketahuilah tentang Tuhan itu ,bahwa tidak ada Tuhan melainkan A lloh   ” Nabi Muhammad SAW bersabda : ”   Yang paling utama apa yang aku ucapkan dan apa yang di ucapkan oleh Nabi - Nabi sebelumku, yaitu : ” LAA ILA A HA ILLALLOH ” Kemudian  Nabi  berkata pula dalam hadist : ” Barangsiapa yang  mengucapkan LAA ILA A HA ILLALLOH dengan ikhlas pasti masuk syurga ” Dalam hadist lain Junjungan kita juga bersabda : ” Bagi mereka  yang mengucapkan LAA ILA A HA ILLALLOH tidak usah takut akan kejahatan dalam kubur dan kejahatan pada waktu berkumpul di Padang Makhsyar.” Kemudian  Rosululloh SAW  bersabda pula : ” Jika ada seseorang yang