MENERANGKAN TENTANG DZIKIR DAN
ATSARNYA DI DALAM PENDIDIKAN ROHANI
Dengan nama Alloh yang pengasih lagi penyayang.
Ketahuilah olehmu, bahwa thoriqot Guru kita r.a. adalah thoriqot dzikir saja, dan bukan thoriqot lain.
Thoriqot dzikir itu terdiri dari dzikir dengan lidah dan dzikir dengan hati.
Dengan dzikir itu, tercapai kemenangan, tercapai permohonan dan tercapai segala apa yang dikehendaki.
Dzikir itu daripada Alloh dan kembali kepada Alloh dan bersama dengan Alloh segala sesuatu yang dihadapi.
Apabila ada kemauan tentang urusan kamu ke sesuatu yang lain, membawa lupa kepada Alloh SWT, tinggalkan hal itu dan cepat kembali berdzikir, karena di situ terdapat asma' yang menjulang sampai ke langit.
Hatimu bersih beserta Tuhanmu dan Tuhanmu beserta engkau, tidak jauh daripadamu, la mendekati engkau dan mengenal engkau. Barang siapa mengenal Alloh, ia akan mengenal hikmah.
Alloh berkata didalam Al-Qur'an :
Artinya : Kami tidaklah menghilangkan pahala orang yang berbuat baik sesuatu amal. "
Tuan Syeikh melihat, bahwa wirid dan hizab baru dibuka kepada seseorang, daripada pancaran bekas dzikir mereka terhadap Alloh.
Terlebih utama hendaklah murid-murid itu melakukan suIuk kepada Alloh melalui dzikirnya yang khusus, karena akarnya kukuh di bumi dan cabangnya di langit. Kemudian, sampailah dzikir itu yang diatur secara perseorangan dengan kaifiat dan bilangan-bilangan yang sudah ditentukan dalam Thoriqot Sufi. Di sana ada juga dzikir jama'ah ( bersama-sama) pada waktu-waktu yang kuat bekasnya dalam menyingkap hijab dari hati yang dilakukan oleh sendiri-sendiri.
Dzikir jama'ah itu termasuk dalam lingkaran ini,
yang dimaksudkan bahwa dzikir kepada Alloh Ta’ala dan mengingatnya, sehingga seorang Mukmin dapat terjauh dirinya daripada ghoflah (kealpaan) daripada Allah Ta'ala, karena ghoflah itu dapat membawa manusia kepada maksiat, dan dengan dzikir itu dapat memberikan bantuan untuk meninggalkan maksiat itu.
Adapun arti Tashowwuf, akan membawa manusia -manusia untuk membersihkan hatinya daripada sifat-sifat kerendahan, dan mengisinya dengan segala keutamaan. Dan tatkala itu beryakinlah hatinya dengan NUR ALLOH yang suci, sehingga orang itu tunduk kepada Alloh. Maka kemudian ia mengutamakan INGAT pada ALLOH daripada mengikuti hawa nafsunya dan dari segala sesuatu selain Alloh, karena bahwasanya Alloh Ta’ala Yang Maha Agung dan Perkasa adalah suatu sesembahan yang dicari, digemari dan dicintai. DaripadaNyalah kita terjadi dan kepadaNyalah kita kembali pulang sebagai kesudahan kita.
Alloh SWT menjadikan dunia ini sebagai tempat pengamalan segala perintah dan menjauhi segala larangan,sedang ia menjadikan Akhirat, tempat hasil bekas amalnya yang mencapai kemuliaan dan keagungan.
Tidak sekali-kali diberatkan hidup kita di dunia ini melainkan kita harus menyatakan seseorang diri dengan penuh tanggung jawab, berani mengendalikan (mujahadah) dhohir dan bathin agar dapat membedakan di dunia ini (dengan adanya mujahadah itu) apa yang keji dari pada apa yang balk.
Bukankah Alloh Ta'ala pernah berkata : ( Q.S. Az Zalzalah 7 - 8 ).
Artinya : "Barang siapa beramal sebesar biji sawi sesuatu kebajikan, akan dilihat dan ditimbang. Dan barang siapa beramal sebesar biji sawi akan sesuatu kejahatan, ia pasti melihat balasannya. "
Adapun Tuhan SWT., maka la tidak memerlukan bantuan dari yang lain. Tidak kembali bagiNya manfaat dari orang yang berbuat taat dan tidak pula menjadi mudarat bagiNya dari orang yang berbuat maksiat. Manfaat dan mudarat itu kembali kepada hamba sekaliannya.
Dan diadakan percobaan untuk menguji orang yang mukmin, bahwa baginya ada 'nafsul-ammarah bissu' (nafsu yang membawa jahat) yang dapat menggerakkan syahwat yang ada pada tabi'atnya yang sangat menawan dia, tetapi Alloh menyuruhnya menahan diri dari padanya dan takut berbuat yang tidak baik itu.
Maka dalam perjalanannya ia berada dalam perjalanan yang sulit. Apabila ia menyukai mengikuti syahwat nafsunya, maka ia membuat amarah Tuhannya dan apabila ia menyukai perintah Tuhannya, niscaya ia membuat benci kepada nafsunya. Tak ada pilihan yang ketiga baginya daripada ini untuk bisa memilih selainnya.
Selama illat-illat (penyakit hati) itu tidak kelihatan dengan mata tetapi dapat ditangkap dengan hati, tidak dapat tidak harus ada Nur yang tersembunyi daripada penglihatan mata dan dapat ditangkap dengan hati, untuk menandingi illat-illat tersebut, maka keluarlah mereka yang berbuat dan menuruti syahwat daripada gelap-gulita kepada Nur yang terang-benderang dengan izin Tuhannya.
Dan sudah ditunjukkan latihan-latihan amaliyah yang sudah diamalkan oleh tuan-tuan Syeikh Arifin, bahwa dzikrulloh itu dapat menghasilkan cahaya Nur dan keistimewaan-keistimewaan dan rahasia-rahasia yang dapat menyembuhkan penyakit hati kaum mu'min.
Hal ini adalah berdasarkan atas firman Alloh Ta'ala (Q.S. Al-Baqoroh 152) .
Artinya : “ Sebutlah akan daku, niscaya aku menyebut pula akan dirimu. Apabila engkau mengingat dan menyebut Tuhan, terbukalah padamu tutup kealpaan, maka engkau lalu menjadi orang yang berdzikir sesungguhnya dan yang bersyukur sesungguhnya.
Dalam Al-Quran, Tuhan memperingatkan :
Artinya : “ Bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah engkau kufur kepadaku ".
Dan dengan demikian, engkau beroleh rahmat yang berlimpah-limpah dan penuh keberkahan, terjauhkan engkau daripada kejahatan, dan bertambah-tambah banyaklah pahala yang dianugerahkan Tuhan kepadamu seperti firman-Nya : ( Q.S. Al-Ahzab 35 ).
Artinya : "Adapun orang laki-laki yang banyak dzikir ke Dada Alloh, begitu juga orang-orang wanita, disediakan Alloh baginya ampunan dan pahala yang besar. "
Jangan kamu lupa bahwa Alloh itu memberi tarif
(definisi) akan mereka yang mempunyai hati. la memberikan kepada mereka yang hatinya mengingat Alloh sambil berdiri, sambil duduk, sambil berbaring dan sebagainya.
Ulama-ulama yang arif berkata bahwa rizki Tuhan yang dhohir yang dikurniakan buat manusia, ialah bahwa manusia itu harus menggerakkan badan jasmaninya, tetapi rizki yang bathin ialah dengan menggerakkan hatinya manusia itu.
Quran menyatakan : " Bahwasanya dzikir itu adalah obat untuk mengobati hati dan jalan untuk menenangkan hati itu."
Maka Alloh Ta'ala berkata : ( Q.S. Al-Ra’du 28 ) .
Artinya : "Bahwa mereka yang beriman dan tenang hatinya, adalah dengan mengingat Alloh. Bukankah dengan mengingat Alloh itu dapat menenangkan hati ?"
Karena bahwasanya maksud daripada dzikir itu ialah kekal hadir hati dengan Alloh Ta'ala, maka lain ia mengadakan sholat dan sholatnya itupun berisi dzikir, mengeluarkan zakat pun dzikir, berpuasa dzikir, haji dzikir, belajar ilmu fiqih untuk agama dzikir, memberi fatwa dalam hukum Tuhan dzikir, membaca Qur'an itupun dzikir, berselawat kepada Nabi SAW juga dzikir, dan amar ma'ruf nahi munkar tidak lain daripada dzikir dan sebagainya.
Adapun amal ibadat itu bermacam-macam, tetapi yang diingat di dalamnya adalah satu : "Alloh SWT " Tidak ada yang diperintahkan Alloh segala amal ibadat dan ta'at, kecuali untuk berdzikir kepadaNya.
Adapun kita ini apabila kita katakan bahwa segala tuan-tuan Syeikh yang arif dan mengenal Tuhan, mendidik murid-muridnya dengan Thoriqot - dzikir, sekali-kali tidaklah kita maksudkan bahwa tuan-tuan Syeikh itu melarang untuk mengajarkan lain-lain ibadat selain dzikir, tetapi yang kita maksud, bahwasanya tuan-tuan Syeikh itu membersihkan ruh pada sisi Alloh secara Sufi, dalam berdzikir secara berjama'ah dan secara sendiri-sendiri. Dan yang demikian itu terjadi di samping ibadat yang diperintahkan Tuhan secara fardu dan secara sunnat dan secara mandub, karena yang demikian itu asas yang kuat dapat memupuk segala kesempurnaan pendidikan rohani.
Dan tidaklah syak-wasangka lagi bahwa orang yang berdzikir terhadap Alloh, ia menempuh jalan Sufi ini, seperti ditunjukkan oleh latihan amaliyah yang sahih, ia merasakan daripada kemanisan ibadat, dan ta'at apa yang tidak dirasakan oleh seseorang yang acapkali lupa kepada Alloh pada kebanyakan waktunya, sebagaimana bahwa orang yang berdzikir itu merasakan makna-makna Qur'an yang mulia dan Sunnah yang suci yang tidak pernah juga dirasakan oleh orang-orang lainnya.
Adapun Ulama-ulama Sufi yang terkemuka, membiasakan murid-muridnya pertama-tama dengan berdzikir dengan lidah yang meningkat secara teratur daripada dzikir hati, dengan Cara disengajakan kemudian membawa kepada dzikir hati secara kebiasaan, kemudian kepada dzikir Sirri. Dan tanda-tanda dzikir Sirri itu adalah bahwa apapila kamu
meninggalkan ucapan dzikir, maka dzikir Sirri itu tidak akan meninggalkanmu, bahwa dzikir Sirri itu sendiri menyampaikan kamu dari ghoibah kepada hudur.
Dan berkatalah tuan hamba Ibn Athoillah As Sakan dari r.a.: " Setengah daripada alamatnya bahwa tidak padam apinya dan tentu tidak hilang Nurnya."
Adapun Syeikh yang arif membantu muridnya yang sedang dalam keadaan salik untuk menundukkan hawanya dan mengalahkan nafsunya, di antara lain bahwa nafsu itu pada awal martabatnya, adalah ia nafsu yang mendorong pada kejahatan, kebanyakan perintah nafsu itu kepada kesenangan pribadi dan syahwat nalurinya. Maka dzikir itu menerangi nafsu amarah yang lebih terang sebagaimana sebuah pelita menerangi sebuah kamar yang gelap, kemudian meningkatlah dari pada jiwa jahat kepada jiwa yang lunak.
Maka pada waktu itu menyesalah seseorang dalam melakukan dosa dan berkehendak memperbaiki tingkahnya dalam hubungan beribadat kepada Tuhannya. la tidak rela untuk berada lagi dalam kelupaan dan kemaksiatan, ia bertobat dan minta ampun dan mendekati petunjuk Tuhannya.
Apabila orang itu bersungguh-sungguh dalam melakukan suluknya dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang bijaksana daripada Syeikhnya, sedang mereka selalu dalam dzikir kepada Tuhannya, lenyaplah dari hatinya itu dengan kekuatan dzikir, kegelapan yang melupakan dan kemaksiatan, sedikit demi sedikit. Nafsunya terlepas daripada segala sifat kerendahan dan terisi dengan segala sifat-sifat keutamaan lain dapatlah ia mencapai " Anwarul Haq ", Nur yang penuh dengan kebenaran tetap pada Tuhan. Lain tenanglah ia sujud kepada Tuhannya dan tetap pada Tuhan-nya. la cinta kepada Tuhan dan Tuhan cinta kepadanya.
Maka nyatalah bagi kita daripada apa yang sudah disebutkan terdahulu, bahwa dzikrulloh itu dapat mengangkat seorang hamba yang mu'min dari bumi syahwat ke langit ma'rifat. Inilah pula apa yang pernah diucapkan oleh Tuanku Syeikh yang arif mengenal Tuhan kepada murid-muridnya, dalam suatu ucapan yang indah : “ Dalam asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi)”.
Kemudian Syeikh r.a. berkata setelah itu : "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, la mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya”.
Adapun yang disebutkan dengan dzikir, artinya apa yang pernah diterangkan dalam sebuah Hadits yang sahib, yang diriwayatkan oleh Bukhari, dengan sanadnya ari pada Nabi Saw. ba wa ia berkata : “ Firman Alloh Taala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku dengan daku, dan aku bersama dia apabila ia ingat kepadaku, apa bila ia ingat kepadaku pada dirinya, aku pun ingat untuknya pada diriku, dan apabila ia ingat kepadaku dalam ruang yang luas, aku pun ingat untuknya dalam ruang yang lebih baik daripadanya."
Adapun kejauhan seorang hamba dari Tuhannya dan kedekatannya, bukanlah berarti kejauhan jangka dan jarak,tetapi sesungguhnya kejauhan itu semata-mata karena lupa hati terhadap Alloh dan kedekatan itu adalah sebab hadirnya hati bersama Alloh.
Kejauhan itu adalah hijab (tertutup) dan Kedekatan itu yaitu terbuka hijabnya (kasyaf). Hijab itu gelap dan Kasyaaf itu Nur. Gelap itu jahil dan Nur itu Ma'rifat.
Dan ukuran Marifat orang mu'min tidak lain daripada berhubungan dengan Tuhan. Tidaklah perhubungan itu dimaksudkan perhubungan zat dengan zat Alloh Maha Tinggi Alloh daripada kedekatan yang demikian.
Adapun hubungan itu, dengan hubungan Iman dengan Alloh dan yakin di dalamnya, cinta baginya memegang sungguh-sungguh padanya, dan tunduk kepadanya, hadir hati bersamanya, dan menuntut keredaan serta kemurahannya bukan dari pada selain Tuhan Yang Maha Suci, tidak ada Tuhan melainkan Dialah yang hidup dan menciptakan.
Maka berkatalah Tuanku Abu Sa'id Al-Harraz r.a . :
''Apabila Alloh Ta'ala akan mengangkat seorang hambanya menjadi Wali daripada hamba-hambanya yang lain, ia membuka kepadanya pintu dzikir, maka apabila ia merasa lazat berdzikir, dibuka kepadanya babul qurb", kemudian diangkatnya ke Majlisul Uns (tenang bathin), kemudian ditempatkan dia di atas kursi tauhid, kemudian diangkat dia ke dalam "darul fardaniyyah", dan dibukakanlah kepadanya “ Hijabul jalali wal'uzmati ".
Apabila jatuh pandangannya kepada jalal dan uzmah kekallah ia berpandangan dengan tidak ada lagi, hanya Huwa (dia) Alloh, maka tatkala itu pandangan seorang hamba berada dalam masa fana. Maka kuatlah dalam pemeliharaannya dan selamatlah ia daripada ajakan nafsunya.
Aku sebutkan akan pandangannya yang tertulis dalam Kitab dan Sunnah. la melihat bahwa keduanya garis pokok daripada harus adanya Dzikir, bahwa dzikir yang banyak itu dengan lisan dan dengan hati.
Dzikir lisan akan menyampaikan dan menolongnya kepada dzikir hati.
Dan berkatalah Tuanku Abulhasan Asy-Syazili r.a.:
"Biji sawi dari amal hati, sama besarnya, laksana gunung daripada amal anggota”.
Hendaklah murid-murid itu merasa takut daripada gerakan syaitan, karena ia menutup manusia daripada
berdzikir, membikin was-was hingga melindih dalam hatinya, bahwa kamu berdzikir dengan lidahmu tetapi tidak ada hudur dalam bathinmu.
Apakah faedahnya dzikir semacam ini?
Dzikir semacam ini meskipun diucapkan seperti tidak ada apa-apa, tidak ada berfaedah, tidak ada buah dan akibatnya. Jauhkan dirimu daripadanya (was-was tersebut).
Hendaklah murid-murid mengerti bahwa ghoflah dengan meninggalkan dzikir itu, lebih jelek daripada ghoflah di dalam berdzikir.
Dan apabila ia berkehendak mengusahakan hudur, hendaklah ia duduk bersama Syeikhnya, dan ikhwannya yang sungguh-sungguh, yang telah memperoleh uns (tenteram bathin) dalam menempuh jalan kepada Alloh.
Sesungguhnya rob itu mempengaruhi setengahnya kepada setengah yang lain, sebagaimana saya dengar yang demikian itu daripada tuanku Syeikh sendiri, dan telah kudapati kebenarannya keterangan tuan Syeikh itu dengan latihan amal yang menunjukkan bahwa kelupaan selalu ada pada orang yang pelupa, dan hudur selalu ada pada orang yag ahli hudur.
Adapun dzikir kepada Alloh yang khusus, dikehendaki dengan dzikir kepada Tuhan itu dengan dzikir lidah dan hati secara ramai-ramai (berjama'ah) dan secara perseorangan, iaini dzikir keras dan dzikir khofi.
Yang demikian itu adalah keutamaan amal dan hasilnya dekat sekali sebagaimana yang telah dibuktikan oleh latihan amaliyah.
Adapun yang meneliti akan tajribah amaliyah, ialah orang-orang Sufi setiap masa dan selalu silih berganti,
supaya kebiasaan latihan itu dapat diusahakan oleh seorang mu'min menumbuhkan cinta kepada Alloh akan cinta yang murni.
Firman Alloh dalam Al-Qur'an S.Al-Baqarah 165 :
Artinya : “ Dan mereka yang beriman itu sangatlah cinta kepada Alloh “.
Cintanya kepada Alloh, memberi bekas kepadanya lebih dari cintanya kepada yang selain Alloh, sebagaimana bekas yang pernah didapati oleh sahabat-sahabat Rosululloh Saw.
Segera Alloh memberi bekas kepada mereka itu dalam bermacam-macam anugerah, di antaranya seperti firman Alloh Ta’ala ( Q.S. An-Nur 36 ).
Artinya : "Dalam rumah-rumah yang diizinkan Alloh untuk dipergunakan daun menyebutkan akan namaNya, mempersucikan nama Tuhan dalam rumah suci, bagi pagi maupun sore”.
Dalam kitab “ Al-Fathur Robbani " karangan Penghuluku Tuan Syeikh Abdul Qoodir Al Jaelani ia berkata : “ Wahai kaumku, jauhkanlah syaitanmu itu dengan ikhlas, dengan mengucapkan : "LAA ILAAHA ILLALLOH ", tidak hanya dengan dilisankan saja."
Kemudian sabda Nabi SAW :
Artinya : ”Jauhkan Syaitanmu itu dengan ucapan LAA ILAAHA ILLALLOH, MUHAMMADUR ROSULULLOH, karena syaitan itu kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan di atasnya ".
Dan sabda Nabi SAW dalam sebuah hadist yang masyhur :
Artinya : "Tidak ada seorang pun yang sunyi berdampingan dengan Syaitan. Kata sahabat : "Engkaupun tidak diiringi oleh Syaitan ya Rosululloh ?'' Sabda Rosululloh : “Aku pun tidak sunyi dengan keadaan demikian, kecuali bahwa Allah Ta'ala Yang Maha Tinggi dan Agung menolong aku daripada keadaan sekarang, maka selamatlah aku."
Dan berkata pula Nabi SAW:
Artinya : "Jikalau tidak bahwa syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, sungguh orang-orang yang mu'min itu melihat kepada langit malakut dan buminya”.
Demikianlah sehingga disebutkan bahwa iblis itu adalah mahluk yang dilaknatkan Allah.
Disebut-sebut dalam Qur'an Yang Maha Agung, yang mana iblis berkata. (S. Al-Arof 16 - 17 ).
Artinya : "Akan kududuki (kuhalang-halangi) jalanMu yang lurus bagi mereka, kemudian akan kudatangi mereka dari depan dan dari belakangnya dan dari sebelah kanannya dan dari kirinya (untuk menggoda mereka) dan tidaklah akan kau jumpai kebanyakan orang mukmin itu akan menjadi orang-orang yang syukur kepadaMu. "
Dan firman Alloh Ta'ala : (Q.S. AZ-ZUKHRUF 36 ):
Artinya : “ Dan barang siapa menjauhkan dari pada dzikrul-rohman, akan dipengaruhi syaitan, yang la menjadi temannya "
Dan firman Allah '. (Q.S. An-Nisaa' 60).
Artinya: "Dan syaitan-syaitan itu berkehendak akan menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.
Demikian pula firmanNya (Q.S. Al-Ahzab 41).
Artinya : "wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu akan Alloh, akan dzikir yang banyak dan mengucapkan tasbih kepadaNya, pagi dan sore ''.
Dan sesungguhnya telah ada petunjuk-petunjuk tentang dzikir-dzikir mereka orang-orang ahli Tashowwuf, baik yang dengan cara-cara tertentu dan dengan bilangan yang dipastikan di dalam Thoriqot Sufi, di mana mereka berkata bahwa mengucapkan kalimat "LAA" dimulai pada tengah badan, dari bawah pusat diangkat ke dalam otak dalam kepala.
Dan kalimat "ILAAHA" ke bawah kanan, kemudian perkataan "ILLALLOH' memukulkan ke bahu kiri.
Begitulah Cara penjagaanmu daripada godaan syaitan menurut sabda Nabi SAW :
Artinya: "Dzikir kepada Alloh SWT, Jadi benteng daripada godaan syaitan."
Seutama-utama pertolongan untuk memerangi syaitan dan menolaknya, ialah kalimatul IKHLAS (LAA ILAAHA ILLALLOH) dan dzikir seseorang akan Tuhannya yang Perkasa dan Agung.
Sebagaimana sabda Nabi SAW menceriterakan dari pada Tuhannya Yang Perkasa dan Maha Agung, bahwa, ia berkata : (Hadits Qudsi ).
Artinya : "LAA ILAAHA ILLALLOH bentengku. Barang siapa mengucapkannya, masuklah ia ke dalam
bentengku itu. Dan barang siapa masuk ke dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabku. "
Dalam pada itu Alloh SWT. berfirman :
Artinya : "Bahwa sesungguhnya mereka, yang taqwa, apabila hendak digoda oleh segolongan daripada syaitan, lalu ia berdzikir, maka tatkala itu ia lalu sadar memperhatikan. "
Alloh juga Yang Maha Perkasa dan Kuasa memberi khabar.
" Bahwa hati yang terang benderang itu tidak dapat dicapai kecuali dengan dzikir Alloh ”.
Karena dengan demikian hilanglah dari pada hati itu tabir penutup, kegelapan dan royn (kebimbangan) dan ghoflah, dan dengan dzikir itu hilanglah segala gundah gulana.
Adapun dzikir itu tidak lain daripada kunci taqwa dan wara'. Taqwa itu pintu akhirat sebagaimana hawa nafsu itu tidak lain daripada pintu dunia.
Berfirman pula Alloh Taala :
Artinya: "Berdzikirlah kamu sebagaimana yang di terangkan, mudah-mudahan kamu masuk orang yang taqwa. "
Alloh juga Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi memberi khabar.
"Bahwasanya insan itu akan jadi taqwa dengan dzikir."
Adapun perjuangan melawan syaitan itu adalah bathin,yaitu dengan hati dan jantung dan iman. Maka apabila kamu serang dia, maka penolongnya ialah yang Rahman, dan tempat kamu berpegang pun ialah Alloh, yang menunjukkan agama dan harapanmu ialah memandang dengan lazat menghadap Tuhan yang penuh Kurnia.
Peperangan kamu terhadap orang Kafir adalah peperangan zahir dengan pedang dan tombak dan pembantumu ialah pimpinan seorang raja dan pembantu-pembantunya.
Harapanmu dengan perjuangan itu ialah masuk syurga. Maka apabila kamu terbunuh dalam perjuangan zahir ini balasanmu ialah abadi dalam "Darul Baq".
Apabila kamu terbunuh di dalam perjuangan memerangi syaitan dan menentang mereka hingga datangnya ajalmu, adalah balasanmu nanti melihat wajah Tuhan seru sekalian alam tatkala bertemu di hari kemudian.
Jika kamu terbunuh oleh Kafir maka kamu syahid hukumnya. Dan apabila kamu mati terboyong oleh syaitan sebab kamu ikuti dia dan ikuti perbuatannya, maka kamu tertolak dari si Baja yang Kuasa dan Gagah (Alloh SWT).
Maka perjuangan menyerang secara zahir itu ada kesudahannya dan menyerang syaitan dan hawa nafsu tidak ada habis-habisnya dan tidak ada kesudahannya. Nabi Saw.bersabda :
Firman Allah Ta'ala (Q.S. Al-Hijr 99) :
Artinya : "Sembahlah Tuhanmu sehingga engkau yakin benar-benar. "
Yakin sampai mati dan bertemu dengan Tuhan.
Sabda Nabi SAW tatkala kembali dari perang-sabil di Tabuk: "Kami kembali daripada jihad kecil kepada jihad besar."
Rosululloh menghendaki dengan demikian itu menyerang syaitan dan hawa nafsu karena kekalnya dan sukar pejagaannya, dan ditakuti daripada su-ul Khatimah.
Penjelasan daripada penghulu kita Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani sbb. : " Wahai Saudara-saudaraku, adapun tauhid itu membakar syaitan-syaitan yang bersifat manusia dan jin, karena tauhid itu api bagi syaitan dan Nur bagi ahli Tauhid. Tetapi bagaimana engkau mengucapkan LAAILAAHA ILLALLOH, sedang dalam hatimu berapa banyak yang dipertuhankan? Tiap-tiap sesuatu kamu berpegang kepadanya dan berpegang kepada selain Alloh, maka yang demikian itu pegang kepada selain Alloh, maka yang demikian itu sesungguhnya berhalamu.
"Tidak akan memberi manfaat kepada kamu dengan tauhid lisan serta hati yang syirik. Tidak bermanfaat bagimu membersihkan badan sedang hati itu penuh dengan najis."
"Ahli tauhid menyerang syaitannya, sedang ahli musyrik terserang oleh syaitannya."
"Adapun ikhlas itu inti ucapan dan perbuatan, karena apabila kosong adalah ia merupakan kulit dengan tidak ada isi. Kulit ada faedahnya melainkan untuk api. Dengarlah ucapanku dan amalkanlah, karena ikhlas dapat menghapuskan api dalam nafsumu dan menghancurkan anak duri syahwatmu."
"Janganlah kamu hadir pada suatu tempat yang menambah menyala api tabi'atmu yang dapat menghancurkan rumah agamamu dan imanmu dengan nyalaan tabiat, hawa dan syaitan yang akhirnya hilanglah agamamu, imanmu dan taqwamu."
"Janganlah kamu mendengar ucapan mereka daripada golongan munafik, itulah golongan yang suka membuat buat, mengukir-ukir keindahan karena tabi'atmu bergantung kepada ucapan semata-mata seperti orang memasak roti tanpa garam, tentu saja perutmu tidak menerima apa bila engkau memakannya. Inilah pengertian menghancurkan rumah (Agamamu)."
Ilmu itu harus diambil dari mulut-mulut Rijal, tidak hanya dari kitab-kitab. Rijal itu laki-laki, ialah ahli hak, yang taqwa, yang mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, yang menjadi pewaris Nabi yang arif, yang beramal dan ikhlas.
Yang lain itu, bukan taqwa, hanya tipuan dan kebathilan. Martabat kewalian itu dianugerahkan kepada orang-orang yang taqwa, baik di dunia maupun di akhirat, sedang asas tujuan serta pelaksanaan pembangunannya pun bagi mereka adalah demikian pula untuk bahagia di dunia dan untuk bahagia di akhirat.
Adapun hakikat taubat, yaitu seorang yang bertaqwa, yang melaksanakan perintah Alloh SWT dan menjauhi laranganNya dalam segala gerak ahwalnya.
Dan di antara mereka itu ada yang mengucapkan : Bahwa kebajikan itu seluruhnya terletak dalam dua kalimat.
Pertama : Mengagungkan dan mengamalkan perintah Alloh SWT.
Keduanya : Bersikap lemah-lembut dan kasih sayang kepada hamba Alloh.
Dan tiap-tiap orang yang tidak mengagungkan dan mengamalkan perintah Alloh SWT. dan tidak kasih sayang terhadap sesama manusia, ia pasti jauh daripada Alloh SWT.
Begitu firman Alloh (Q.S Ali Imron 112) ..
Artinya : "Telah ditimpahkan malapetaka kehinaan, kecuali bagi orang yang menghubungkan diri. kepada Alloh SWT. khususnya dan menghubungkan diri dengan sesama manusia pada umumnya. "
Bahwasanya Alloh mencintai seseorang hambaNya ialah : yang taqwa, yang berbuat kebaikan dan sabar. Andai kata ada padamu khuatir (lintasan hati) yang sahib (benar) (persangkaan baik) niscaya kamu akan mengenal mereka, mencintainya dan bersahabat dengannya. Adapun khuatir yang sahih ialah apabila hatimu terang benderang denganma'rifatulloh yang Maha Perkasa dan Maha Agung.
Jangan hanya kamu terlalu cenderung kepada khuatirmu itu sehingga marifatmu itu sahib (benar) dan tampak jelas bagimu kebajikan dan kebenaran.
Tutupilah penglihatanmu daripada segala yang haram, tahan dirimu daripada ajakan syahwat, biasakan tubuhmu memakan yang halal, peliharalah bathinmu dengan muraqabah bagi Alloh dan pelihara zahirmu itu dengan mengikuti Sunnah Nabi, maka jadilah khuatirmu itu khuatir yang sahih (benar) dan sahihlah pula bagimu ma'rifat terhadap Alloh.
Bahwasanya yang kudidik adaIah akal dan hati adapun nafsu, tabi'at dan adat, semua itu tidak, sebab tak ada kemuliaan baginya, bilamana akal dan hati tidak terdidik akan ma'rifat terhadap Alloh. Sedang Tauhid dan Ma'rifat yang sebenamya ialah LA ILAAHA ILLALLOH.
Adapun orang yang tawajuh menghadap dengan hatinya selain kepada Alloh, terhijablah daripada Alloh, dan tiap-tiap orang yang dzikir sedang hatinya kepada yang lain daripada apa yang harus diingatkan, tertutuplah ia dengan hijab seribu lapis.
Karena dzikir adalah amal dalam segala keadaan hati, dan rasa yang dapat mendekatkan kepada maqqam yakin, musyahadah suhud, martabat terbuka segala yang ghaib, yaitulah benteng Alloh Yang Maha Agung. Barangsiapa yang masuk ke dalamnya, menjadi amanlah ia dari pada segala dosa zahir dan bathin. (Hadits Qudsi).
Adapun asal dzikir itu ialah merasakan lezat dan manis, maka apabila ia sudah meresap kepadamu tidak ada lain akibatnya melainkan khusyu' dan dumu (bercucuran air mata), membakar segala kecelaan dalam hati dan rasa, dan tenggelam (dalam keni'matan itu).
Yang demikian itu adalah alamat kemenangan.
Dzikir itu dilakukan oleh orang yang berdzikir demikian asyiknya, sehingga ia dapat melihat segala yang ajaib dan yang aneh-aneh dan segala rahasia yang besar dan kaifiat yang agung.
Berkatalah Rosululloh SAW :
Artinya : "Dzikir La Ilaaha Illalloh tidak ada balasan baginya kecuali dibuka Tuhan hijab hingga dimerdekakan Tuhan kepadanya”.'
Berfirman Alloh Ta'ala (Q.S. Al-An'aam 91)
Artinya: "Katakanlah Alloh (Ingatlah kepada Alloh) kemudian biarkanlah apa mereka yang beramai-ramai gambit bermain-main dalam kesesatan".
Lalu khusus tidak disertai menggerakkan lidahnya dengan dzikir, sampai kekal fikirannya, dan itulah "Magammul Akbar" dan di situlah isinya 'Kalam".
Ketahuilah bahwa inilah tawajuh yng dengan cepat memperoleh kemenangan dan memperbanyak ibadat dan riadhah, dan berkekalan dengan segala macam tawajuh tetap kepada Alloh hingga ia terbakar hatinya dari selain Alloh oleh dzikirnya, sehingga sampai pada batasnya (wuquf).
Maka apabila ia disertai riadhah semua itu, niscaya ia akan mencapai tempat yang amat sempurna lagi tinggi dengan segera, dengan tidak syak wasangka lagi.
Dan sabda Nabi SAW :
Artinya : "Tidak ada seorangpun yang berkata LaaIlaaha Illalloh secara ikhlas dalam hatinya, kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia bisa meninjau arasy. "
Imam Gazali mengambil alasan tentang syahnya Thoriqot Sufi yang secara terjadi (waqi'i) kemudian alasan kepada syahnya secara naqli, maka disebutkannya : "Bahwa ini Thoriqot yang dijalankan oleh Sahabat dan Tabi'in dan segala sesuatu yang dikerjakan menunjukkan kepada kehidupan Sahabat, Wali-wali, orang-orang Sufi dan seterusnya.
Ceritera ini tidak akan bermanfaat bagi orang yang tidak percaya selama ia tidak melihat dan mengamalkannya sendiri akan yang demikian itu.
Thoriqot Sufi itu mendahulukan mujahadah dan membersihkan sifat-sifat yang tercela dan memutuskan
segala pengaruh ikatan hati dari selain Alloh dan mengarahkan segala cintanya kepada Alloh.
Maka apabila telah berhasil semua itu, maka Alloh lah yang menguasai hati hambaNya dan yang memelihara dengan pemberian cahaya ilmu.
Begitu pun terpelihara akan hati seseorang, berlimpah-limpahlah kepadanya curahan rahmat dan bersinarlah segala hakikat pekerjaan keTuhanan yang dianugerahkan.
Maka tidak ada bagi hambanya kecuali bersiap untuk menerima kebersihan yang istimewa dan memberikan himmah serta kemauan yang benar dan keinginan memperoleh maqam yang tinggi dan tetap dengan hati yang tenang menanti apa yang akan dibukakan Alloh Ta'ala daripada rahmatNya kepadanya.
Adapun Nabi-Nabi, Wali-Wali dan orang-orang suci seperti keduanya terbukalah bagi mereka perintah Tuhan dan melimpahlah dalam dadanya Nur, tidak hanya dengan belajar atau menyelidik, atau melihat kepada Kitab-kitab, terutama Kitab-kitab Sufi dalam mencari ilham, tetapi dengan zuhud dan melepaskan diri daripada segala pengaruh ikatan duniawi, mengosongkan hati daripada kebimbangannya dan mengerahkan segala cintanya kepada Tuhan.
Maka barang siapa Tuhan itu baginya, iapun bagi Tuhan. Demikian ucapan hujjatul Islam Al-Gazali r.a.
Lebih lanjut ia berkata : Dan sesungguhnya keistimewaan Thoriqot Sufi ini tidak mungkin akan sampai kepada Tuhan dengan belajar semata-mata tetapi dengan zauq (rasa), hal menggantikan sifat dari yang tercela kepada yang terpuji. Sesungguhnya orang-orang Sufi itu merasa yakin bahwa jalan Sufi mereka ialah benar. la memiliki jalan Alloh yang khusus, dan bahwa perjalanan mereka adalah sebaik-baiknya perjalanan, sedang Thoriqot mereka adalah sebenar-benar Thoriqot. Akhlak mereka sebersih-bersih akhlak.
Bahkan jika dikumpulkan semua ahli fikir, semua hikmah ahli tashowwuf, dan ilmu yang memuncak dari segala-gala daripada segala Ulama, untuk mengubah sesuatu daripada perjalanan mereka, akhlak mereka dan akan digantikannya keadaan dengan yang lebih balk dari pada itu, niscaya tidaklah seorang pun akan meliapati jalan sebaik jalan Sufi ini."
Adapun segala gerak-geriknya dan diamnya pada zahirnya dan pada bathinnya, semuanya terpetik dari pada Misykatun nubuwwah Nur" dan tidak ada lagi di belakangnya "Nurun Nubuwwah" diatas muka bumi ini, yaitu Nur yang memberikan sinar gilang-gemilang untuk seluruh alam.
Secara ringkas apakah yang selalu diucap-ucapkan orang tentang Thoriqot membersihkan diri ? Yaitu pertama-tama syaratnya : Membersihkan hati seluruhnya daripada selain Alloh. Dan itulah kuncinya. Hal itu berjalan seperti berjalannya tahrim dalam sembahyang, yang seluruh hati tenggelam dalam dzikir Alloh.
Dan yang penghabisan, adalah fana seluruhnya dalam Alloh (hancur seakan-akan tidak melihat dirinya lagi adanya) seperti tersebut dalam Al-Qur'an S. Ar-Rohman 26 - 27 :
Artinya : “Semua yang ada akan fana binasa, yang kekal adalah Tuhan sendiri yang Besar dan Maha Mulia”. '(Tiap-tiap sesuatu hancur lebur, kecuali Alloh yang ada semata-mata).
Maka berkatalah pula Al-Bazari: "Bahwasanya hati itu ada padanya sifat 'Al-Latifah, Ar-Babbaniyah, Ar-Rohaniyah' (lemah-lembut, keTuhanan dan bersifat jiwa dan roh), yang bersangkutan dengan tubuh manusia. Itulah hakikat insan dan itulah yang dapat mencapai arif, tempat Nur yang ditaruh Tuhan padanya.
Maka dengan demikian, seseorang lain mencapai Kasyafat (terbuka) daripada segala macam hakikat. Orang-orang 'materialis' memandang bahwa jalan ma'rifat itu ialah panca indera yang lima, di antaranya akal.
Adapun pendapat Imam Gazali, bahwa ma'rifat itu di atas semua jalan dan wasilah yang penting serta besar. Yang demikian itu ialah wasilah "Al-kasyafful al-Batini" atau 'Wasilatul iham ar-Ruhi", yang membawa manusia itu mempunyai sifat-sifat balk pada dirinya, dan membersihkan hati dan menjauhkan diri dari pada cara berfikir orang-orang 'materialis'.
Dan yang dimaksudkan dengan ini bahwa ma'rifat itu tidak dapat dicapai, melainkan dengan jalan hati yang sempurna, yang bersih, yang tidak terpengaruh perhubungan dengan kesibukan duniawi .
Dan demikian, adalah yang memiliki hati-hati yang suci itu adalah mereka yang tetap, yang berdzikir, yang membersihkan diri, dan menyelam ke dalam lautan marifat yang hakikat sebagaimana yang diberikan faham oleh Hujjatul Islam (Imam Gazali) .
Adapun hati itu tidak lain daripada kunci yang akan menyampaikan kepada maarif yang bersifat agama yang terdiri dan bahwa manusia itu apabila menyelam ke dalam dirinya dan terus kembali kepada hatinya, terpancarlah baginya mata air ilmu yang dinamakan ilmul-Laduniah dan Al-Maarifatul Qudsiah."
Daripada Nabi SAW diriwayatkan berkata :
Artinya : Bahwasanya hati itu kotor seperti berkarat besi dan pembersihnya adalah Dzikrulloh.
Dan berkatalah Tuan Syeikh Abdul Qoodir al Jaelani qs. : Adapun hati itu tempat ilmu Hakikat karena "Latifa tur Robbaniyah" yang mengatur bagi sekalian anggota badan. Yaitu alat penembus kepada hakikat yang telah dimaklumi, seperti halnya dalam kaca ada bentuk rupa yang bermacam-macam. Itulah gambaran yang terisi dalam kaca, yang serupa dengan bentuknya.'
Demikian pula setiap yang dimaklumi tentang hakikat, itupun bentuk yang mengisi dalam hati, sedang hati itu kotor (banyak kesalahan), maka apabila seseorang mendapatinya apa yang ditunjukkan oleh Nabi SAW. berhasillah hakikat itu. Dan jika tidak, ia berpindah kepada sifat yang hitam, yang akan membawa manusia terjauh daripada terang benderangnya Nur.
Hitam karena cinta dunia dan yang berlainan dari pada itu, ialah karena tidak ada wara', karena barang siapa teguh dalam hatinya hanya cinta dunia, hilanglah wara'nya, maka bercampur aduklah keadaan dari halal dan haram, hilang perbedaan seluruhnya, hilang malunya daripada Tuhannya dan hilang pula muraqabahnya.
Wahai teman-temanku, terimalah apa yang disampaikan Nabimu dan terangilah ke dalam hatimu dengan obat yang telah ditunjukkan oleh Nabi kepadamu.
Jikalau ada seseorang sakit dan sudah diberikan obat oleh doktor kepadanya, akan selamatlah hidupnya hingga sehat kembali.
Bermuraqabahlah kamu dengan Tuhanmu yang Perkasa dan Tinggi, balk dalam khalwatmu maupun di luar khalwatmu (peramaian), dan jadikan pandangan matamu hingga kamu seakan-akan melihatnya, maka apabila kamu tidak melihatnya, maka ialah yang melihat kamu.
Barang siapa yang berdzikir kepada Alloh dengan hatinya, maka ia dinamakan ahli dzikir. Tetapi barang siapa yang tidak mengucapkan dzikir dengan hatinya, maka ia tidak termasuk orang yang berdzikir.
Lisan itu alat hati dan yang mengikutinya dan tetap
hati itu tempat memperhatikan nasihat-nasihat. Bahwasanya hati itu apabila terjauh (tidak memperhatikan) nasihat, butalah mata hatinya.
Berkata Nabi SAW :
"Bahwa dalam badan anak Adam itu ada segumpal darah. Apabila darah itu baik, baiklah seluruh badan anak Adam itu semuanya. Apabila gumpalan darah itu rusak,rusaklah seluruh badan anak Adam itu. Perhatikan, bahwa yang dimaksudkan itu ialah hati ".
Dan berkata pula Nabi SAW :
" Bahwa Alloh itu tidak melihat kepada rupamu, akan tetapi melihat kepada bathinmu ''.
Allohpun berfirman (Q.S. AZ-Zumar 17-18) :
Artinya : “ Adapun mereka yang menjauhkan dirinya daripada godaan iblis untuk disembahnya, kemudian mereka kembali kepada Alloh ( Dzikrulloh ), bagi mereka bergembira. Maka berikanlah berita yang menggembirakan itu kepadahambaKU.
Yang mendengar dan yang mengikuti ucapan-ucapan yang baik. Mereka inilah yang diberi petunjuk oleh Alloh dan mereka inilah orang yang mempunyai hati (memperhatikan bathin)."
Dan adalah Junjungan kita Nabi muhammad SAW mengajarkan "Kalimat Thoyyibah" (mengucapkan dzikir LAA ILAAHA ILLALLOH) kepada Sahabat-sahabatnya r.a. untuk membersihkan hatinya dan mensucikan dirinya dan mendekatkan mereka kepada hadirat Tuhan (Alloh) dan mendapat kebahagiaan yang suci.
Setengah orang bertanya tentang Tashowwuf. Maka dijawabnya : "Membersihkan hati daripada apa yang di gemari manusia dan menjauhkan diri daripada tabi'at yang jelek dan menggemari sifat-sifat peri kemanusiaan, menjauhkan perselisihan-perselisihan yang dipengaruhi hawa nafsu, kemudian menempatkan sifat-sifatnya kepada sifat-sifat rohaniyah, tunduk kepada ilmu Hakikat kemudian mengikuti seluruh syari'at Rosululloh ".
Ujar Imam Al-Gazali : "Di antara syi'ar-syi'ar orang Sufi adalah : Barang siapa mengambil syari'at saja tetapi tidak mau tahu tentang hakikat, orang itu fasik.
Dan barang siapa mengambil hakikat saja tetapi tidak melakukan syari'at maka dia itulah merupakan kafir zindiq.
Sedangkan yang melakukan syari'at dan mengamalkan Tashowwuf, inilah orang yang dinamakan ahli hakikat yang sebenarnya ".
Sudah kita sebut dahulu, bahwa martabat WUSUL (sampai kepada Alloh) adalah TIGA perjalanan :
Pertama =.ISLAM
Kedua =.IMAN
Ketiga =.IKHSAN
Adapun seseorang hamba Alloh, jika kekal ia sibuk dengan ibadah sendirinya, ia berada dalam maqam ISLAM atau maqam SYARI'AT.
Apabila amal itu berpindah kepada hati dengan kebersihan dan sunyi daripada kejahatan, berisi dengan kebajikan sempurna Ikhlas, maka orang itu ada pada maqam IMAN atau maqam THORIQOT.
Apabila manusia itu sampai kepada martabat Ibadat untuk Alloh semata-mata, seakan-akan Alloh melihatnya,maka ia berada dalam maqam IKHSAN atau maqam HAKIKAT. Oleh karena itu diungkapkan orang : "Adapun SYARI'AT itu ialah bahwa kamu menyembah Alloh. THORIQOT itu ialah bahwa kamu menuju kepada Alloh, dan HAKIKAT itu ialah bahwa kamu bermusyahadah benar-benar menyaksikan Alloh yang Maha Pencipta."
Berkata pula Tuan Syeikh Abdul Qoodir Al-Jaelani qs. : "Tidak lain tujuan ahli Tashowwuf, melainkan hanya untuk membersihkan bathinnya manusia dengan NUR TAUHID dan MA'RIFAT ".
Adapun orang Sufi yang benar dalam Tashowwufnya membersihkan hatinya daripada segala sesuatu selain Alloh dan cintanya kepada Alloh. Melaksanakan bersungguh- sungguh dan menjalankan perintah Alloh yang dapat mengangkat dirinya, mengosongkan hatinya selain daripada Alloh, dan menghiasinya dengan dzikrulloh Yang Maha Kuasa dan Agung.
Sabda Nabi SAW :
"Alamat mencintai Alloh ialah mencintai dzikrulloh, sedang alamat kemarahan Alloh, adalah enggan kepada dzikrulloh. "
Seorang hamba yang mencintai Alloh, tidak merasa memiliki sesuatu, ia serahkan segala apa yang ada kepada yang dicintainya yaitu Alloh.
Kemudian begitu pula Tuan kita Syeikh Abdul Qoodir Al-Jaelani qs. menasihatkan : ''Adapun yang wajib atas manusia, ialah mencari kehidupan hati untuk di akhirat ; di dunia ini dari ahli Talqin sebelum berakhir waktu hidupnya, karena firman Alloh Ta'ala (Q.S. Annahli 43).
Artinya : "Bertanyalah kamu kepada ahli dzikir (bai'at) jika kamu tidak mengetahuinya. "
Mengambil bai'at dari Tuan Syeikh Arif Billah, adalah perkara yang penting dalam Tashowwuf untuk mengusahakan yakin.
Dalam sebuah Hadits Yang Mulia, diriwayatkan : "Pelajarilah olehmu akan pembawaan yakin," artinya : perbanyakkanlah duduk bersama dengan ahli yakin.
Bai'at yang terdapat sesudah wafat Nabi, ialah meneruskan bai'at yang dilaksanakan oleh Nabi SAW. sendiri. Dan Ulama-ulama yang Arif Billah adalah penerus Nabi kita dalam mengajarkan kepada manusia adab-adab agama yang zahir dan yang bathin.
Adapun adab bathin, lebih sukar untuk kita karena untuk mengamankan adab yang zahir. Dan juga oleh sebab ia menghendaki peperangan 'khofi" (halus) antara seorang manusia dengan hawa nafsu dan syaitannya dan godaan dunia yang menipu dan penyakit-penyakit hati seperti : hasad, 'ujub, ria, munafiq dan lain-lain.
Barang siapa mengikuti Thoriqot Tashowwuf dengan tidak mengikuti imamnya yang Arif Billah (Baiat), ia tersesat pada permulaan melangkah, padahal cukup mulia untuk kita bersama bagi Thoriqotnya ahli Tashowwuf yang Nurani.
Diceritakan bahwa Nabi Musa A.S , ia itu dari pada Rosul-rosul yang termasuk "Ulul Azmi' pernah menanyakan tentang ilmu Hakikat kepada Khadir A.S. lalu ia berkata :
Artinya : "Berkata Musa kepadanya, apakah boleh aku mengikuti engkau supaya engkau mengajarkan akan daku iImu pengetahuan yang telah diajarkan kepada engkau sebagai petunjuk ”.
Dengan adanya ini, adalah dalil yang kuat atas kewajibanmu mengikuti Tashowwuf, yaitu ilmu Adab Hati dari pada yang ahli.
Dan untuk ini dibayangkan yang demikian itu oleh Guruku Arif Billah, Tuanku Syeikh Ali Aqal r.a dengan ucapannya :
Apabila tak ada guru rohani,
Yang memberi petunjuk itu dan ini,
Putuslah jalan wahai insani,
Jalan mencapai Tuhan Rabanni.
Tidak melihat laut yang luas,
Tidaklah pandai tidaklah puas,
Dungu di dalam laut yang luas,
Bertumpuk garam mata tak awas,
Jika tidak kontak listrik,
Pada pangkalnya ia terdidik,
Salah tujuan salahlah selidik,
Yang tampak ombak, bukan nur pelik.
Akhirnya Tuhan Alloh yang dapat menolong pada tiap waktu yang tepat, waktu bantuan LAA ILAAHA ILLALLOH, raja yang haq dan nyata.
Tuhanku, jadikanlah kami ini daripada orang yang mu'min dan yang yakin.
Kami pohonkan kepadaMu, akan engkau jadikan ilmu kami ini bermanfa'at, dosa kami ini terampun dari
mula sampai terakhir dengan syafa'at Rosulullah SAW,
Penghulu segala Nabi dan Rosul dan dengan Karamah Wali- wali, terutama Tuanku Syeikh Abdul Qoodir Al-Jaelani, raja dari segala Arifin dan pokok fikiran dari semua orang yang asyik kepada Tuhan dan Guru-guru daripada ahli Hakikat, begitu juga dengan berkah orang-orang Islam dan orang-orang yang mu’min sekaliannya dengan tidak ada kecuali.
Segala puji bagi Alloh seru sekalian alam, perkenankanlah wahai Tuhan yang menampung segala do'a mereka yang mengharapkan limpah kurniaMu.
Pesantren Suryalaya Juli 1975.
Aku rindu pangersa abah
BalasHapusAda file pdf ato wordnya ga yah?
BalasHapus